Kamis, 03 November 2011

Cara Pembuatan Sterofoam

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Bahan pengemas styrofoam atau polystyrene telah menjadisalah satu pilihan yang paling populer dalam bisnis pangan.Styrofoam yang dibuat dari kopolimer styren ini menjadi pilihan bisnis pangan karena mampu mencegah kebocoran dan tetapmempertahankan bentuknya saat dipegang. Selain itu, bahantersebut juga mampu mempertahankan panas dan dingin tetapitetap nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah, lebih aman, serta ringan.
Tetapi, riset terkini membuktikan bahwa styrofoam diragukan keamanannya. Karena mengandung bahan kimia yangberbahaya bagi kesehatan, terutama bila digunakan sebagaikemasan atau wadah makanan.
Selain itu, Styrofoam juga terbukti tidak ramah lingkungan,karena tidak dapat diuraikan sama sekali. Bahkan pada prosesproduksinya sendiri, menghasilkan limbah yang tidak sedikit,sehingga dikategorikan sebagai penghasil limbah berbahaya ke-5terbesar di dunia oleh EPA (Enviromental Protection Agency).
Mengingat betapa berbahayanya dampak yang dapatditimbulkan oleh Styrofoam ini, baik pada kesehatan danlingkungan maka harus segera dicari alternative agarpenggunaannya segera dihentikan sama sekali. Karena dalammemerangi isu global seperti global warming, syrofoam juga turut ambil bagian sebagai bahan pencemaran lingkungan yangharus segera dieliminasi.


1.2 Rumusan Masalah

–Apakah definisi Styrofoam dan bahan kimia yang terkandung di dalamnya?
–Bagaimana mekanisme produksi styofoam?
–Bagaimana dampak yang ditimbulkan pada lingkungan?
–Dampak negative apa saja yang dapat menyerang manusia?
–Bagaimana cara mengurangi dampak buruk dari Styrofoam?

1.1Tujuan

–Untuk mengetahui definisi dari Styrofoam dan bahan kimia yang terkandung di dalamnya
–Untuk mengetahui mekanism produksi Styrofoam dan limbah yang dihasilkan
–Untuk mengetahui dampak dari penggunaan styrofoam terhadap makhluk hidup dan lingkungan
–Untuk mengetahui cara mengurangi pemakaian Styrofoam



BAB II
PEMBAHASAN
Salah satu pengemas makanan yang sering digunakan adalah Styrofoam. Sifat fisikStyrofoa m yang relatif tahan bocor,ringan, praktis, dan dapat menjaga suhu makanan dengan baik,membuatStyrofoam menjadi primadona sebagai pengemasmakanan, apalagi didukung hargas tyrofoa m yang sangat murah,yaitu hanya 1/3 -1/2 kali kertas.
Styrofoam seringkali digunakan secara tidak tepat olehpublik karena sebenarnya styrofoam merupakan nama dagangyang telah dipatenkan oleh perusahaan Dow Chemical. Olehpembuatnya Styrofoam dimaksudkan untuk digunakan sebagaiinsulator pada bahan konstruksi bangunan, bukan untukkemasan pangan.
Namun, styrofoam sebagai bahan pembungkus pangan maupun untuk kebutuhan lain dapat menimbulkan masalah baik dari segi kesehatan maupun lingkungan, serta tidak sedikit pengaruhnya dalam peningkatan Global Warming.

2.1 Proses Pembuatan Styrofoam
Styrofoam atau foamed polysterene (FPS) yang ringan danpraktis ini masuk dalam kategori jenis plastik. Sytrofoam dibuatdari monomer stirena melalui polimerisasi suspensi pada tekanandan suhu tertentu, selanjutnya dilakukan pemanasan untukmelunakkan resin dan me-nguapkan sisa blowing agent. Bahandasar yang digunakan adalah 90-95% polysterene dan 5-10%gas seperti n-butana atau n-pentana. Polysterene yang bercirikhas ringan, kaku, tembus cahaya, rapuh dan murah. Bahanyang lebih dikenal sebagai gabus ini memang praktis, ringan,relatif tahan bocor dan bisa menjaga suhu makanan dengan baik.Inilah yang membuat bahan ini amat disukai dan banyak dipakai,termasuk dalam industri makanan instan. Namun bahan inisebenarnya tak kalah berbahaya dengan plastik.
Karena sifatnya yang rapuh makapolistiren dicampur sengdan senyawabutadien. Hal ini menyebabkanpolis tiren kehilangansifat jernihnya dan berubah warna menjadi putih susu. Kemudian untuk kelenturannya, ditambahkan zat plasticier seperti dioktilptalat(DOP), butil hidroksi toluene (BHT),atau n butyl stearat. Kandungan zat pada proses terakhir inilahmenurut penelitian kimia LIPI dapat memicu timbulnya kankerdan penurunan daya pikir anak.
Kemudian proses pembuatannya ditiup dengan blowing agentyaitu gas chlorofluorocarbon (CFC), sehingga membentuk buih(foam). Plastik busa yang mudah terurai menjadi struktur sel-selkecil merupakan hasil proses peniupan tersebut (Manurung.2008).
CFC merupakan senyawa gas yang disebut sebagai penyebabtimbulnya lubang ozon diplanet Bumi. Dan sekarang telahdigunakan blowing agent yang lebih ramah lingkungan, sepertiHCFCs, walaupun belum 100% ramah lingkungan.

2.2 Dampak bagi Kesehatan

Kandungan Styrofoam dapat berdampak buruk bagikesehatan manusia, khususnya pada Styrofoam yang digunakansebagai wadah atau kemasan makanan. Karena bahan-bahankimia yang terkadung di dalamnya dapat bermigrasi ke makananyang dikonsumsi manusia. WHO (World Health Organization),EPA (Environmental Protection Agency) dan beberapa lembagalainnya malah sudah mengategorikan styrofoam sebagai bahankarsinogen karena benzen yang digunakan untuk memprosesbutiran styrene merupakan larutan kimia yang sulit dilumat olehsistem percernaan tidak bisa dikeluarkan melalui feses ataupunurine. Akibatnya, zat ini semakin lama semakin menumpuk danterbalut lemak. Inilah yang bisa memicu munculnya penyakitkanker. Pada Juli 2001, Divisi Keamanan Pangan PemerintahJepang juga mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalammakanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkanendocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadiakibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi danreproduksi manusia. Selain kanker, masalah yang paling banyakditemui ada pada kelenjar tyroid. Sehingga menyebabkankelelahan, mempercepat detak jantung sulit tidur, badangemetaran, dan mudah gelisah. Saat benzena termakan, zat juga akan masuk ke sel-sel darah dan lama-lama akan merusak sumsum tulang belakang, bahkan
efek selanjutnya akan timbul anemia, sistem imun yang berkurang.
Hasil survei di AS pada tahun 1986 menunjukkan bahwa100% jaringan lemak orang Amerika mengandung styrene yangberasal dari styrofoam. Penelitian dua tahun kemudianmenyebutkan kandungan styrene sudah mencapai ambang batasyang bisa memunculkan gejala gangguan saraf.Faktor yang mempengaruhi perpindahan zat kimia pada Styrofoam ke dalam makanan, antara lain:
1.Suhu yang tinggi Semakin panas suatu makanan, semakin cepat pula migrasi bahan kimia styrofoam ke dalam makanan.
2.Kadar lemak tinggi Bahankimia yang terkandung dalam styrofoam akanberpindah ke makanan dengan lebih cepat jika kadarlemak (fat) dalam suatu makanan atau minuman makintinggi.
3.Kadar alkohol dan asam yang tinggiBahan alkohol dan asam mempercepat laju perpindahan.
4.Lama kontak Semakin lama makanan disimpan dalam wadah Styrofoamsemakin besar kemungkinan jumlah zat kimia yangbermigrasi ke dalam makanan.
Styren, bahan dasar styrofoam, memang bersifat larut lemakdan alkohol. Karena itu, wadah dari jenis ini tidak cocok untuktempat susu yang mengandung lemak tinggi. Begitu pun dengankopi yang dicampur krim. Padahal, tidak sedikit restoran cepatsaji yang menyuguhkan kopi panasnya dalam wadah ini
Masalah kesehatan yang dapat muncul setelah terpapar jangka panjang antara lain :
–Menyebabkan gangguan pada sistem syaraf pusat, dengangejala seperti sakit kepala, letih, depresi, disfungsi systemsyaraf pusat (waktu reaksi, memori, akurasi dan kecepatanvisiomotor, fungsi intelektual), hilang pendengaran, danneurofati periperal.
–Beberapa penelitian epidemiologik menduga bahwa terdapathubungan antara paparan stirena dan meningkatnya risikoleukemia dan limfoma.
–Berdasarkan data IARC, stirena termasuk bahan yang diduga
dapat menyebabkan kanker pada manusia.
–Monomer stirena dapat masuk ke dalam janin jika kemasanpolistirena digunakan untuk mewadahi pangan beralkohol,karena alkohol bersifat dapat melintasi plasenta. Hal inimenjelaskan mengapa dalam jaringan tubuh anak-anakditemukan monomer stirena meskipun anak-anak tersebuttidak pernah terpapar secara langsung. Monomer stirena jugadapat mengkontaminasi ASI, hal ini dibuktikan dalampenelitian di New Jersey yang menyebutkan bahwa 75% dari12 sampel ASI telah terkontaminasi oleh stirena (BPOMRI.2007).
Padahal pemerintah telah mengatur dalam UU RI nomor 7 Tahun1996 tentang Perlindungan Pangan, bagian keempat mengenaiKemasan Pangan :
Pasal 16
1. Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan,dilarang menggunakan bahan apapun sebagai kemasanpangan yang dinyatakan terlarang dan atau yang dapat melepaskan cemaran yang merugikan atau membahayakan kesehatan manusia
2.Pengemasan pangan yang diedarkan dilakukan melaluitata cara yang dapat menghindarkan terjadinya kerusakandan atau pencemaran
3. Pemerintah menetapkan bahan yang dilarang digunakansebagai kemasan oangan dan tata cara pengemasanpangan tertentu yang diperdagangankan

2.3 Dampak bagi Lingkungan
Bagi lingkungan, styrofoam adalah musuh besar yang palingdihindari. Karena sifatnya yang tidak bisa diuraikan oleh alamsama sekali dan sulit didaur ulang karena kurangnya fasilitasdaur ulang yang sesuai.
Dimulai dari proses produksi yang menghasilkan limbah yangsangat berbahaya. Data dari EPA (Environmental ProtectionAgency) limbah hasil pembuatan styrofoam ditetapkan sebagailimbah berbahaya ke-5 terbesar di dunia. Bau pada prosesproduksinya mampu mengganggu pernapasan dan melepaskan57 zat berbahaya ke udara.
Setelah digunakan untuk waktu yang sangat singkat (hanyauntuk menaruh membungkus makanan untuk sementara waktuatau melapisi barang elektronik sampai barang itu dibeli)styrofoam yang sudah diproduksi dalam jumlah banyak itudibiarkan menumpuk dan mencemari lingkungan dan merusakkeseimbangan kehidupan biota laut.
Styrofoam dan Global Warming
Sementara itu Cloro Fluoro Carbon (CFC) sebagai bahanpeniup pada pembuatan styrofoam merupakan gas yang tidakberacun dan mudah terbakar serta sangat stabil. Begitustabilnya, gas ini baru bisa terurai sekitar 65-130 tahun. Gas CFCdigunakan sebagai gas pengembang karena tidak bereaksi, tidakberbau, tidak berasa, dan tidak berbahaya.
Gas ini akan melayang di udara mencapai lapisan ozon diatmosfer dan akan terjadi reaksi serta akan menjebol lapisanpelindung bumi serta menimbulkan efek rumah kaca.
CFC adalah salah satu Gas Rumah Kaca, yang bila berada diatmosfer menyerap sinar inframerah yang dipantulkan olehbumi. Peningkatan kadar gas rumah kaca akan meningkatkanefek rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinyapemanasan global (---.2008).
Pengaruh masing-masing gas rumah kaca terhadapterjadinya efek rumah kaca bergantung pada besarnya kadar gasrumah kaca di atmosfer, waktu tinggal di atmosfer dankemampuan penyerapan energi.
Makin panjang waktu tinggal gas di atmosfer, makin efektifpula pengaruhnya terhadap kenaikan suhu. Kemampuan Gas-gasRumah Kaca dalam penyerapan panas (sinar inframerah) seiringdengan lamanya waktu tinggal di atmosfer dikenal sebagai GWP,Greenhouse Warming Potential. GWP adalah suatu nilai relatifdimana karbon dioksida diberi nilai 1 sebagai standar.
Zat-zat chlorofluorocarbon, mempunyai nilai GWP lebih tinggi dari 10.000.Itu berarti bahwa satu molekul zatchlorofluorocarbon mempunyai efek rumah kaca lebih tinggi dari10.000 molekul karbon dioksida. Dengan kata lain, makin tingginilai GWP suatu zat tertentu, makin efektif pula pengaruhnyaterhadap kenaikan suhu (----.2008).
Kalau tidak ada lapisan ozon, radiasi cahaya ultravioletmencapai permukaan bumi dan menyebabkan kematianorganisme, tumbuhan menjadi kerdil, ganggang di lautan mati,terjadi mutasi genetic, menyebabkan kanker kulit atau kankerretina mata. Menurut pengamatan melalui pesawat luar angkasa,lubang ozon di atas Kutub Selatan semakin lebar. Saat ini, lubangozon sudah meluas sampai tiga kali benua Eropa. Jika lubangozon melebar, sinar ultraviolet yang memasuki bumi semakintinggi intensitasnya. Ekosistem laut dan pertanian terganggu daninsiden penyakit kanker kulit meningkat. Karena itu penggunaangas CFC harus dibatasi atau bahkan dihentikan.
2.4 Cara untuk Mengurangi Dampak Buruk Styrofoam

Beberapa cara yang telah diusahakan untuk mengurangi dampak buruk dari Styrofoam antara lain :
a.Fokus Pengemas baru yang ramah lingkungan

Dengan semakin jelasnya dampak buruk yangditimbulkan styrofoam. maka pencarian alternatif bahanpengemas lain harus menjadi fokus penelitian yang baru.

b.Menghentikan penggunaan Styrofoam
Upaya ini telah dilakukan oleh beberapa industrymakanan seperti McDonald’s pada tahun 1987 yangmenyatakan diri berhenti menggunakan wadah makananyang terbuat dari Styrofoam. Salah satu divisi di McSonald’syaitu The Environmental Defense Waste Reduction Task ForceEnforced McDonald juga sedang berusaha menggantikemasan makanan dengan kemasan yang dapat di daurulang seperti yang berasal kentang, limestone, 100% seratdaur ulang, bidegradable polymer, dan coating lilin plus air.
Selain itu, di Indonesia, PT Pembangunan Jaya Ancoltelah mendeklarasikan area wisata di pesisir utara Jakarta inisebagai kawasan bebas Styrofoam. Sebagai realisasi kawasanrekreasi yang peduli terhadap kesehatan keluarga dankeberlangsungan lingkungan hidup. Sebagai kawasandestinasi wisata kuliner, Ancol akan memberikan waktukurang lebih 6 bulan bagi seluruh restaurant dan kedaimakanan di kawasan Ancol untuk mengganti styrofoamsebagai kemasan makanan mereka menjadi kemasanmakanan berbentuk kertas.
c.Melakukan Upaya Prinsip 3R pada Styrofoam
Beberapa perusahaan memang mendaur ulangstyrofoam. Namun sebenarnya, yang dilakukan hanyamenghancurkan styrofoam lama, membentuknya menjadistyrofoam baru. Dengan keadaan yang seperti ini, yang dapatperlu dilakukan adalah mengurangi pemakaian styrofoambaru, dan beralihlah ke styrofoam hasil daur ulang. Tanpadigunakan kembali hasil daur ulang tadi tidak ada artinya. Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk melakukan antara lain :
1.Menciptakan Kemasan Plastic Biodegradable
Riset ini dikembangkan oleh Leonardus Adi Wijaya, GlennChandra dan Marcel P. Segara dan meraih juara pertamaResearch in Science and Technology Creativity (Ristec)2008 yang diadakan di Universitas Diponegoro.
Kemasan ini dapat terurai dengan sendirinya menjadikarbondioksida dan air bila dikubur dalam tanah. Teknologiterbaru ini, kini bisa diujicobakan di Indonesiamenggunakan bahan baku local yaitu limbah kulit udang dan singkong. Kedua bahan tersebut dipilih lantaran jumlahnya yang sangat banyak tersedia di negeri ini.
Indonesia dikenal luas sebagai salah satu Negaraoengekspor udang mentah kupas. Sekitar 12 ribu ton kulitudang kering dihasilkan oleh Indonesia per tahunnyasebagai hasil sampingan ekspor udang mentah kupas.Sedangkan singkong sendiri merupakan tanaman yangsudah merakyat. Saat ini Indoensia meproduksi kuranglebih 19 juta ton singkong setiap tahungga.
Proses pembuatan plastic ini tidaklah sulit. Pembuatankhitosan, dilakukan dengan mengolah limbah kulit udang,dijemur hingga kering. Sedangkan untuk pembuata PLAdigunakan bahan baku singkong. PLA (Poly Lactic Acid)adalah senyawa yang saat ini sedang dikembangkansebagai alternated kemasan plastic konvensional atausebagai kemasan biodegradable. Bahan baku PLAbersumber dari bahan yang dapat diperbaharui sertamemiliki kandungan pati yang tinggi. Selain singkong, jugadapat digunakan bahan lainnya seperti jagung, kentangdan umbi-umbian lain. PLA dapat dicetak dalam bentukseperti tas belanja, gelas, sendok, mangkuk dll.
Keuntungan dari penggunaan PLA dibandingkankemasan plastic lainnya yaitu sifat biodegradablenya yangdapat terurai di alam, maksimal satu setengah bulan. Cobabandingkan dengan Styrofoam yang tidak dapat diuraikansama sekali.
Sifatnya yang transparan dan kaku menyerupai plasticpada umumnya merupakan nilai tambah tersendiri.Namun, kemasan dari PLA dan khitosan ini juga memilikibeberapa kelemahan dan keunggulan masing-masing. Oleh karena itu, penggabungan antara khitosan dan PLAdiharapkan dapat saling melengkapi. Menghasilkankemasan yang dapat terurai dengan sifat menyerupaiplastic. Proses penggabungannya pun cukup mudah.Mencampurkan larutan PLA dalan khitosan secara perlahanagar tercampur merata. Kemasan yang dihasilkan akanmeiliki penampilan transparan dan warna kekuningan.Setelah terbentuk, kemasan ini dapat digunakan sebagaibahan pembungkus
sayuran,kemasan sekunder pembungkus biscuit maupun roti. Masih perlu banyak penelitian lebih lanjut dalamoengambangan kemasan ramah lingkungan. Terutama,masalah optimalisasi dalam pembuatan PLA, termasukketertarikan pihak industry (Tim Rostrum.2008).
2.Memanfaatkan Limbah Styrofoam sebagai Bahan Bangunan
Dengan menganut prinsip 3R yaitu Reduce, Reuse danRecycle, limbah syrofoam dapat digunakan untukmenghasil benda lain (Recycle), contohnya membuatbatako dari limbah sytofoam. Upaya memanfaatkan limbahini dilakukan oleh Surani, pria yang tinggal di Tipar,Cakung, Jakarta Timur dengan niat sederhana, menghindaribuangan sampah dan polusi pembakaran styrofoam. Caramembuat sederhana yaitu Styrofoam digiling sepertijagung. Kemudian, dicampur pasir dan ditambah semen,lalu dicetak. Komposisi yang tepat itu 50% styrofoam, 40%pasir, dan 10% semen. Jadi, penggunaan styrofoam dapatmenghemat pasir dan semen. Dan hasilnya tidak mengecewakan, rumah yang dibangun denganmenggunakan batako berbahan dasar limbah syrofoamterbukti kokoh dan sofat syrofoam yang menolak airmembuat tanah tidak lembab (Kartika. 2009).
Selain itu, telah diciptakan pula rumah yang berbahandasar Styrofoam, yaitu Dome. House Co. Ltd adalahperusahaan Jepang yang membuat rumah dengan bahandasar Styrofoam ini, Dengan penggunaan bahan ini makabanyak keuntungan yang didapat selain lebih cepat, ringandan murah (setidaknya untuk ukuran orang Jepang).Keuntungan lainnya adalah dapat mengurangi panas yangmasuk sehingga dapat meminimalkan penggunaan AC,sirkulasi udara yang lebih baik, anti gempa dan tidak akanberkarat maupun lapuk dimakan usia dibandingkan denganmenggunakan besi dan kayu.
Rumah yang dibuat berbentuk sebuah kubah (dome)yang dapat dimodifikasi serta diaplikasikan ke segalamacam kebutuhan, mulai dari rumah tinggal, bar, karaokebahkan sampai spa (Samudro.2009).

3. Memanfaatkan sebagai Media Pertumbuhan Jamur Untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh global warming
Dapat juga dilakukan dengan memanfaatkan Styrofoam sebagai media untuk menumbuhkan jamur. Cara ini telah dilakukan oleh seseorang di Inggris yang akan mengikuti kompetesi StopGlobal Warming. Dengan cara ini, dia mengubah sampahmenjadi lebih bermanfaat. Video mengenai proses pembuatannya dapat dilihat di mushroom grow buddy blog.
4. Memanfaatkan Styrofoam sebagai Pelindung Tanaman
Diluar negeri, Styrofoam dapat dimanfaatkan sebagaipelindung tanaman di saat musim dingin denganmemanfaatkan sifatnya sebagai insulator.
a. Mengembangakan teknologi untuk menguraikan sytrofoam
Beberapa upaya telah ditemukan untuk menguraikan Styrofoam, antara lain :
1.Memanfaatkan Kulit Buah Jeruk untuk Mendissolve Styrofoam
Metode ini diupayakan oleh Vici Riyani and AdrienneTrinovia Sulistyo siswa SMA Santa Ursula. Denganmengolah kulit jeruk yang mengandung d-limonene,mereka ubah dalam bentuk polymer flocculant yangdiigunakan untuk menguraikan styrofoam menjadi air.Yang pasti mereka yakin cara ini tetaplah ramahlingkungan.
Caranya dengan memasukan kulit jeruk bersamaan dengan styrofoam ke dalam blender dan melalui prosesdistilisasi dan kemudian diaduk sampai dengansemuanya bercampur dengan baik. Dengan begitucampuran ini dapat diuraikan oleh mikroorganisme.
Atau cara lain yang mereka temukan dengan menggunakan kulit buah jeruk juga. Mereka melakukannya dengan tekhnik sulfonasi. Yaitu dengan memotong styrofoam hingga kecil-kecil dan campurkandengan chloroform dan asam sulfat dengan suhu 45oCselama 2 jam. Hasil dari campuran tersebut adalahsodium polystyrene sulfonate (PSSNa). Setelah melaluiproses pemisahan dan netralisasi, cairan tersebut akanberubah menjadi bubuk polimer. Bubuk polimer inikemudian bisa digunakan sebagai pemurni air dansangat berguna dalam industri semen.
2.Mengembangkan bakteri Pseudomonas putida
Para ahli biologi di University of College Dublin, Irlandia,menemukan turunan bakteri Pseudomonas putida, yangbiasa ditemukan di dalam tanah, memakan minyak styrenemurni dan mengubahnya menjadi plastik yang ramahlingkungan. Minyak yang merupakan hasil pemanasanstyrofoam pada suhu tinggi itu mencemari tanah karenasulit terdegradasi di alam.
Kevin O’Connor dan koleganya mengubah polystyrenemenjadi minyak melalui pyrolysis, yaitu memanaskanplastik turunan minyak bumi dengan suhu 520 derajatCelcius tanpa melibatkan oksigen. Pemanasan tersebutmenghasilkan cairan yang terdiri atas minyak styrenesebesar lebih dari 80 persen dan sisanya berupa cairanracun lainnya.
Para peneliti kemudian memberikan cairan ini kepadasalah satu turunan bakteri, Pseudomonas putida CA-3.Pada awalnya, mereka berharap bakteri akan memurnikanstyrene dari larutan.
Namun, bakteri justru sangat menikmati menu makanbarunya ini dan mengubah 64 gram styrene campuranuntuk menghasilkan sekitar 3 gram bakteri baru.
Dalam proses ini, bakteri menyimpan 1,6 gram energiminyak styrene dalam bentuk plastik biodegradable (dapatterurai di alam) yang disebutpolyhydr oxyalkanoate atauPHA. Selain musnah jika dibakar, plastik jensi ini jugamudah terurai di alam.
Namun, proses biologi yang dilakukan bakterimenghasilkan produk sampingan yang masih beracun,yaitu toluene. Meskipun demikain, temuan ini membawaharapan baru karena menunjukkan bahwa styrofoam danmolekul polystyrene yang menyusunnya dapat diubahmenjadi ramah lingkungan
2.5Think Globaly Act Localy
Untuk memerangi global warming harus dilakukan dari dirisendiri dan dari hal yang terkecil. Oleh karena itu, beberapa halkecil sudah mulai saya terapkan di kehidupan sehari-hari. Danuntuk menguangi dampak global warming tidak hanya focuspada uraian di atas mengenai Styrofoam. Usaha yang telahdilakukan antara lain :
–Menggunakan pembersih dari kain seperti handuk daripada menggunakan pembersih dari kertas
–Untuk peralatan makan selalu menggunakan peralatan yangterbuat dari logam dan bisa digunakan berkali-kali daripadamenggunakan peralatan makan dari plastic
–Lebih memilih menggunakan wadah yang terbuat dari gelas dengan tutuo dari kaleng atau logam. Daripada menggunakan wadah yang terbuat dari Styrofoam. Begitu pula ketika membeli makanan.
–Untuk anak bayi, biasanya menggunakan popok yang sekalipakai, maka dirubah dengan menggunakan popok dari kainkatun, sehingga dapat dicuci. Dan hal ini juga menghindariiritasi yang bisa terjadi pada bayi.
–Saat membeli deterjen, Usahakan untuk melihatkandungannya dan memilih deterjen yang bebas fosfat,sehingga limbahnya lebih mudah terurai
–Membiasakan diri untuk mematikan lampu yang tidakdigunakan, baik pada saat siang maupun malam hari. Jikatidak digunakan, jangan tinggalkan alat elektronik dalamkeadaan standby. Cabut charger telp. genggam dari stopkontak. Meski listrik tak mengeluarkan emisi karbon,pembangkit listrik PLN menggunakan bahan baker fosil penyumbang besar emisi.
–Karena tinggal di daerah dataran tinggi, membuat kami harusselalu memantau jalannya air PDAM dan mewaspadai keranyang dibiarkan terbuka. Cara ini juga bermanfaatuntukmenghemat biaya rekening PDAM.
–Untuk bahan bakar kendaraan roda dua, diusahakanmenggunakan bahan bakar pertamax yang mengalamipembakaran lebih sempurna dibandingkan dengan BBM.
–Berusaha untuk memanfaatkan kertas sebaik-baiknya.Terutama untuk kertas bekas membuat tugas kuliah,sehingga meminimalisir sampah kertas.
–Menanam beberapa tumbuhan di halaman rumag, sepertitanaman hias dan tanaman buah yang hasilnya juga dapatdinikmati.
–Tidak menggunakan pewangi yang mengandung aeroso

–Tidak membiasakan diri merokok, selain berbahayan bagikesehatan asap yang dihasilkan oleh rokok juga sangatberbahaya bagi lingkungan
–Lebih memilih membuang sampah ke Tempat PembuanganSampah (TPS) dibandingkan dengan membakarnya. Karenadengan membakar akan menimbulkan bau yang tidak sedapdan asapnya juga mengganggu pernafasan dan penglihatan.Selain itu, saat membakar sampah juga akan melepaskanzat-zat sampah ke udara yang bisa menambah pencemaranudara


















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian mengenai kandungan Styrofoam di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain:
–Styrofoam yang dimanfaatkan sebagai wadah atau kemasanmakanan memiliki dampak yang buruk pada kesehatanmanusia
–Styrofoam merupakan musuh besar bagi lingkungan karenatidak dapat diuraikan secara alami dan masih sulitmenemukan fasilitas untuk mendaur ulangnya. Dan juga telah diketahui bahwa proses produksi Styrofoam merupakan penghasil limbah terbesar ke – 5 di dunia.
–Pada proses pembuatannya Styrofoam menggunakan gasCFC (Cloro Fluoro Carbon) yang merupakan gas rumah kaca,sifatnya yang stabil membuat gas ini dapat bertahan lama diudara dan merusak lapisan ozon, sehingga semakinmeningkatkan peristiwa global warming.
–Beberapa cara telah dilakukan untuk mengurangi bahayaStyrofoam baik bagi kesehatan maupun lingkungan,diantaranya dengan membuat kemasan baru yang dapatdiuraikan oleh lingkungan, mengembangkan teknologi yangdapat menguraikan Styrofoam, memanfaatkan kembalilimbah Styrofoam yang ada di lingkungan dan sebaiknyamengurangi penggunaan Styrofoam sebagai wadah ataukemasan makanan.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan antara lain :
– Sebaiknya pemerintah memperhatikan masalahpenggunaan keamsa Styrofoam pada makana denganmengeluarkan undang-undang dan penyuluhan yang lebihkhusus dalam perlindungan makanan dan lingkungan
–Sebaiknya pemerintah melarang produksi Styrofoam, terutama dalam bentuk kemasan makanan
– Agar pengusaha makanan menghentikan penggunaankemasan Styrofoam pada makanan dan menggantinyadengan kemasan yang dapat didaur ulang
–Sebaiknya konsumen lebih peduli terhadapa kesehatan danlingkungan sebelum memutuskan untuk menggunakanStyrofoam.

–Sebaiknya konsumen menggunakan kemasan makanan yang aman dan dibawa sendiri dari rumah.